pages

January 27, 2011

Dana Lu Blesing: The Smell of Rain

Pada malam yang dingin di bulan maret dan angin berhembus di kegelapan malam di Dallas Amerika. Dan seorang dokter melangkah masuk ke dalam ruangan dimana Diana Blesing di rawat. Diana masih merasa pening akibat dari efek operasi. Diana baru saja dioperasi. Suaminya David mengenggam tangannya dan berusaha menahan emosinya atas berita yang baru saja di dengarnya.

Siang itu pada tanggal 10 maret 1991, Diana mengalami komplikasi pada kandungannya. Di usia kandungan baru 24 minggu dia harus menjalani operasi Caesar untuk mengeluarkan bayi di dalam kandungannya.Maka lahirlah anak Perempuan pasangan itu, yang bernama Dana Lu Blesing. Yang hanya 12 inci dan beratnya hanya satu pound sembilan ons (0.86 kg).

Dan perkataan dokter yang lembut rasanya seperti bom bagi mereka. Dokter mengatakan dengan sebaik-baiknya bahwa ia tidak yakin, anak ini akan dapat bertahan.
Hanya ada kemungkinan 10 persen, dia kan melewati malam ini. Dan jika dapat bertahan, hanya ada kesempatan yang sangat kecil dia dapat bertahan, masa depannya akan sangat kejam.

Dengan rasa tidak percaya, David dan Diana mendengarkan apa yang dokter jelaskan tentang sesuatu yang sangat buruk. Dana sangat tidak mungkin untuk selamat.
"Dana tidak akan dapat berjalan, dia tidak akan dapat berbicara, dia kemungkinan akan buta, dan dia pasti akan mudah untuk dapat menderita catastrophic (masalah besar) dari Celebral plasty (idiot) dan penghambatan perkembangan mental dan lain sebagainya.'Tidak mungkin", kata Diana tidak percaya.
Dia dan David suaminya dan anak lelakinya Dustin yang berumur 5 tahun, telah lama mendambakan seorang putri.d di dalam anggota keluarganya..
Sekarang mimpi itu telah terwujud….
Tetapi setelah hari itu berlalu, dan penderitaan baru di dalam keluarga itu. Karena Dana mengalami pertumbuhan system sel saraf yang sangat lambat sehingga cahaya atau sentuhan dapat membuat dia merasa kesakitan ( tidak nyaman), jadi mereka tidak dapat menggendong bayi mungil itu di dada. Dan memberikan rasa cinta yang besar.











Semua mereka lakukan untuk berdoa supaya Tuhan mau berjaga di dekat putri mereka yang berharga, dan dana berjuang sendirian dibawah lampu sinar ultraviolet di dalam incubator.
Mereka tidak melupakan bagaimana dana bertumbuh dan akhirnya menjadi semakin kuat.
Minggu demi minggu berlalu, Dana tumbuh dengan lambat tetapi pasti. Berat dan kekuatannya juga semakin bertambah.
Akhirnya setelah dana berusia dua bulan. Mereka mendapatkan ijin untuk menyentuh dana dengan tangan untuk pertama kalinya.

Dan dua bulan kemudian, dokter memperingatkan dengan lembut kemungkinan yang suram yang akan terjadi, kesempatannya sangat kecil untuk bertahan dan hidup dengan normal.

Semuanya sangat kecil sekali. Dan Dana bisa di bawa pulang dari rumah sakit, seperti yang diinginkan ibunya.
Lima Tahun kemudian, Dana telah menjadi seorang gadis kecil yang mungil dengan mata abu-abunya yang cerah dan semangat hidup yang luar biasa.
Tidak ada tanda-tanda akan mengalami suatu gangguan mental atau fisik yang akan di deritanya. Dia seperti gadis kecil yang normal dengan segala aktifitasnya. Tetapi cerita tidak berakhir disini.
Di suatu siang yang panas, pada musim panas tahun 1996 di dekat rumah mereka di Irving , Texas . Dana sedang duduk di pangkuan ibunya, di sebuah lapangan bola setempat, dimana saudaranya Dustin sedang latihan baseball bersama teamnya,
Seperti biasa, Dana mengoceh tanpa henti kepada ibunya dan beberapa orang dewasa duduk di dekat mereka ketika tiba-tiba Dana terdiam. Dana memeluk tangan ibunya dan merangkulkannya ke tubuh mungilnya. Lalu ia bertanya..
" Mama,… mama mencium sesuatu…?
Mamanya mencoba membaui udara dan berusaha mendeteksi akan mendekatnya badai.
" Ya,… Baunya seperti akan hujan…" Diana menjawab
Dana memandang mata ibunya dan bertanya lagi
" Mama mencium baunya …"
Sekali lagi ibunya mejawab " Ya… saya pikir nanti akan hujan. Karena baunya seperti hujan."
Masih dalam dekapan ibunya, Dana mengelengkan kepalanya dan menepuk pundak ibunya dengan tangan mungilnya. Dengan perlahan dia mengatakan
" Bukan, Baunya seperti DIA…"

Itu baunya TUHAN, ketika kamu medekap ke dadaNYA…
Air mata mengalir ke pipi Diana karena Dana karena kebahagian dan pertolongan sehingga dana dapat seperti anak lainnya.
Sebelum hujan turun, perkataan Dana mengingatkan Diana akan keberadaan Dana dalam keluarga itu, di dalam hatinya selama ini.
Pada saat hari-hari yang panjang di dalam dua bulan pertama kehidupan Dana, ketika system sarafnya sensitive terhadap sentuhan sekalipun. Pada saat Dana tidak dapat di dekapnya di dalam pelukannya sekalipun ibunya sangat menginginkanya.
TUHAN telah mendekap Dana di dalam pelukanNya dan menjaganya. Dan Bau Cinta Tuhan yang telah diingat oleh Dana sangat baik.






--- Disadur dari http://www.truthorfiction.com/rumors/s/smellofrain.htm---



January 24, 2011

Memang tidak mudah tapi jangan berhenti!!

 
Mengayunkan langkah untuk melaju di atas perjalanan padat kehidupan ini 
Sesekali merasa tak mampu untuk mengambil langkah kecil..
1001 pertanyaan yang sangat berat serasa tak mau lepas membebani pundak ini..
Sesekali ingin bebas tanpa sahut-sahutan pertimbangan kompleks yang mengambang di alam bawah sadar.. 
Sekali dua kali ingin mengubah haluan dan berandai-andai mungkinkah ada  jalan lain yang  lebih mudah?? 


Mencoba memandang sekeliling-ku, 
Dan melihat bahwa dunia sedang menertawakan aku dan aku pun mulai tertunduk.. 
Mencoba berpaling dan melihat setapak yang telah kulewati, 
Dan menemukan bahwa jalan ini sangat sepi, mencekam dan tak ingin rasanya untuk kembali..  
Mencoba menatap harapan di ujung jalan sana dan menemukan bahwa diriku hanyalah seorang pengecut.. 
Hanya dapat menutup mata dan menyimpulkan bahwa aku ingin berhenti di titik ini.. 


Saat tetesan airmata kelelahan dan keringat ketakutan berbaur menjadi satu.. 
Aku tak bisa lagi membedakan manakah bagian hatiku yang sedang kecewa dan manakah bagian yang masih terus berharap.. 
Satu persatu rencana kenyamananku dibabat habis oleh ketajaman Kata-kataNya 
Dan aku pun terkejut dengan menemukan bahwa ruang harapan-ku ternyata telah lama kosong.. 


Mereka bilang aku terlalu idealis.. 
Mereka bilang aku pemimpi.. 
Mereka bilang itu pasti tidak mungkin terjadi.. 
Serasa ingin berteriak di depan mereka dan berkata : 
“Kamu tidak tahu sedikit pun tentang masa depan?? IA, pemegang masa depan itu yang menyuruh-ku memilih jalan ini..” 


Sejenak mereka pun diam.. 
Namun kediaman itu membuat-ku melucuti sejuta peluru pertanyaan yang kuarahkan pada Tuhan-ku.. 
Dan dengan merintih aku berkata padaNya : 
Ini terlalu berat.. Ini terlalu sulit bagiku.. 
Aku ingin berhenti di sini. 




------- dan suara itu terdengar berbisik dengan lembut -------


Anak-ku..
Aku ingin kau menikmati perjalanan ini bersama-ku

Angkatlah wajah-mu dan hanya pandanglah wajah-Ku

Kamu akan mengerti pada saatnya..

Ini memang tidak mudah..

Tapi jangan berhenti di sini..


-- Created by Maya Basoeki - Kupang : Januari 1, 2011 --




January 11, 2011

Interest VS Sensitivity


Dalam beberapa waktu belakangan ini, saya sangat terganggu dengan pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam pikiran : Bagaimana menghubungkan hal yang saya sukai dengan peran sosial yang harus saya ambil di tengah realita masalah sosial yang sangat memprihatinkan seperti ini?? Darimana saya harus memulainya??

Pertanyaan ini muncul bukan tanpa alasan.. Pada saat melewati liburan beberapa minggu di kampung halaman (Kupang, NTT), saya bertemu dengan beberapa teman.. Masing-masing dari kami bercerita tentang mimpi-mimpi ke depan.. Beberapa tahun lagi apa yang ingin kami capai dalam hidup. Hanya sedikit sekali orang-orang yang memikirkan porsi tanggung jawab sosial dalam mimpi-mimpinya.. Banyak teman yang hanya memikirkan bagaimana ia berlomba dengan kesempatan bisnis, kesempatan masuk ke panggung politik, kesempatan untuk promosi jabatan dll... Apa yang salah dengan hal itu?? Yah, memang tidak ada yang salah dengan hal-hal itu.. Yang menjadi masalah dan mengusik saya adalah, apakah mereka benar-benar tahu mengapa mereka harus mengejar itu?? Apakah ada alasan yang lebih mendalam daripada hanya sekedar mengejar profil masa depan dan pengakuan eksistensi oleh banyak orang?

Saya memikirkannya.. Dan saya menolak profil masa depan yang kelihatannya menjadi impian banyak orang namun dangkal dalam makna hidup. Hasil yang benderang tapi miskin proses. Pertanyaan-pertanyan  ini muncul dengan sangat kuat sejak beberapa tahun yang lalu.. Beberapa kali, tapi tidak konsisten dan dengan intensitas perasaan yang semakin dangkal. Namun, akhir-akhir ini pertanyaan itu kembali menyayat hati dan saya menemukan diri saya masih terjebak dalam alur teori visi hidup yang menyesatkan.  Merancang banyak hal tentang masa depan. Namun di saat saya mengevaluasi diri, saya menemukan bahwa saya belum melakukan apapun untuk orang lain. Saya belum mengerjakan apa-apa untuk menolong zaman ini. Saya hanyalah pribadi yang mungkin bermanfaat untuk diri saya sendiri,keluarga dan mungkin beberapa teman dekat. Selebihnya, kehadiran saya di dalam dunia dapat dihapuskan dalam sekejap.

Saya merindukan ingin memakai minat, talenta, spirit yang ada untuk mengerjakan sesuatu yang berguna untuk menjawab realita masalah sosial. Dan kemudian saya kembali mengingat suatu perenungan yang pernah dibawakan oleh seorang kakak rohani beberapa bulan yang lalu. Tentang pemaknaan menjalani profesi yang merupakan kesukaan dan kepekaan terhadap realita kehidupan.



Foto di atas adalah hasil jepretan si Kevin Carter, Maret 1993. Ia memutuskan terbang ke Sudan, untuk mengambil foto pemberontak disana, namun disaat mendarat di desa Ayod, Carter memutuskan untuk memotret korban kelaparan, melihat gambaran rakyat Sudan yang kelaparan hingga mati. Ia berjalan menembus semak belukar, ia mendengar rintihan pelan, semakin lama semakin tinggi rintihannya. Ia melihat seorang anak perempuan kecil  yang sedang berjuang merangkak menuju ke pusat makanan. Disaat sang anak membungkuk kelelahan terlihat seekor burung pemakan bangkai di tampilannya. Ia menunggu tampilan terbaik dari burung pemakan bangkai, menunggu selama 20 menit, berharap sang burung melebarkan sayapnya, namun burung tersebut tidak melebarkan sayapnya, sang anak yang hampir mati kelaparan tersebut masih membungkuk di tengah jalan. Setelah Carter mengambil gambar, ia mengejar burung pemakai bangkai tersebut, mengusirnya, dan pergi.

Beberapa hari setelahnya, New York Times membeli foto tersebut, gambar tersebut langsung menjadi icon kesedihan Afrika. Ratusan orang menanyakan kabar anak perempuan kecil tersebut, namun New York Times tidak dapat menjawabnya, karena tidak ada laporan, apakah anak tersebut berhasil sampai ke pusat makanan. Foto ini pun memenangkan penghargaan Pulitzer, penghargaan fotografi tertinggi di dunia. Foto ini menggugah nurani seluruh masyarakat dunia, membuka mata manusia akan kelaparan yang terjadi di Afrika. Kalimat  di atas menunjukkan bahwa, fotografi mampu masuk ke dalam ranah sosial, menunjukkan pada dunia tentang realita sosial yang tertutupi, menampilkan sebuah karya seni yang memiliki nilai, karya seni yang menggetarkan emosi.

Namun dibalik kesuksesan Kevin Carter itu, tidak banyak yang tahu kehidupannya setelah peristiwa tersebut. Carter mendapat tekanan yang cukup besar, karena dianggap hanya sibuk membidik kamera tanpa mengindahkan nasib anak yang bersangkutan. Sayangnya, besarnya tekanan ini membuat Carter, tidak kuat hati. Pada Juli 1994, ia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri dengan menghirup asap karbonmonoksida. Kondisi sang fotografer fenomenal ini sangat tragis. Di dekat mayatnya, terdapat secarik catatan yang berbunyi: 

"I am depressed ... without phone ... money for rent ... money for child support ... money for debts ... money!!! ... I am haunted by the vivid memories of killings and corpses and anger and pain ... of starving or wounded children, of trigger-happy madmen, often police, of killer executioners..."
 “Saya depresi.. tanpa telepon.. tanpa uang untuk membayar sewa.. tanpa uang untuk menolong anak-anak.. tanpa uang untuk membayar hutang.. Uang!! Saya dihantui memori yang menakutkan tentang pembunuhan, bangkai, kemarahan, kesakitan, kelaparan atau luka yang dialami para anak-anak…” 

Yah begitulah akhir kisah hidup Kevin, sang fotografer yang berhasil membuat karya fenomenal.. Kalau saja, setelah ia mengambil gambar tersebut dan segera menolong anak kecil tersebut untuk mencapai tempat tersedianya makanan, mungkin ia tidak akan hidup dalam rasa bersalah yang mencekam seperti itu. Menunggu waktu yang tepat untuk mengambil sebuah gambar prestisius namun kehilangan rasa iba terhadap anak kecil yang sedang memperjuangkan kehidupannya.

Bagaimana dengan kita?
Hobby/interest, ambisi, mimpi bisa membutakan kita terhadap setiap peristiwa memilukan yang sedang terjadi di sekitar kita. Ruangan hati kita terlalu banyak dipenuhi oleh keinginan untuk memuaskan kebutuhan diri sendiri tanpa sedikit pun ruang yang tersisa untuk berempati pada orang lain yang tidak mempunyai ikatan fungsional dengan keberadaan kita. Untuk apa semua yang kita kejar? Kalau hanya kehampaan yang akan ditemukan. Kehampaan karena tidak ada kasih di dalamnya.. Kehampaan karena tidak menemukan makna di dalamnya.. Kehampaan karena tidak bersama Tuhan..

Semoga kutipan refleksi yang saya kutip ini, menjadi bahan perenungan untuk teman-teman dan juga saya.. Yang sedang menata masa depan, yang sedang mempertanyakan panggilan hidup, yang sedang mempertanyakan makna kehidupan, yang sedang berusaha menjadi atau mengejar sesuatu..

“I felt very fortunate to live in this part of the world. I promise I will never waste my food no matter how bad it can taste and how full I may be. I promise not to waste water. I pray that this little boy be alleviated from his suffering.
I pray that we will be more SENSITIVE towards the suffering in the world around us and not be BLINDED by our own SELFISH nature and INTERESTS.  I hope this picture will always serve as a reminder to us about how fortunate we are and that we must never ever take things for granted".


January 05, 2011

Surat dari Oma

Surat dari Oma tersayang - Januari 2011


Untuk cucu tersayang.
Dari oma yang selalu merindukanmu.  
Kata-kata dari oma yang paling dalam.
Renungkan dan pikirkan semuanya. 
Karena jodoh adalah pemberian dari Tuhan. 
Dialah pemberi jodoh yang terbaik. 
Semuanya sudah diatur sesuai rencana dan kuasaNya. 
Baca: Amsal/Yeremia 29:11. 
Telepon-nya: Yeremia 33:3. 
Ayat2 Firman Tuhan inilah yang menjadi pegangan dalam perjalanan hidupmu, 
maka engkau akan diberkati oleh Tuhan Yesus. 
Berdoalah dan serahkanlah hidupmu padanya karena Tuhan Yesuslah satu-satunya 
Mutiara Hidupmu dan permata hatimu. 
Bersandarlah padaNya dan berharaplah padaNya maka cucuku akan menerima mahkota yang tidak pernah pudar dan hilang. 
Karena, Ia sudah berjanji: 
Manusia menimbang-nimbang tapi jawaban lidah berasal daripadaNya. 
Dialah sumber segala-galanya. 
Kasih setiaNya tak pernah berubah, baik kemarin, hari ini dan terus selamanya. 
Terpujilah Nama Tuhan: Hallelujah. Amin
Tuhan Allah menyertai dan memberkatimu. Immanuel