Ini tahun yang berat sekaligus tahun yang memberi proses luar biasa dalam hidup saya.
Mungkin ini tahun dimana saya mengeluarkan air mata terbanyak sepanjang hidup saya.
Sebenarnya saya tidak ingin menulis tentang hal ini, karena saya tidak nyaman melakukannya. Namun, ketika saya mengingat lagi tentang tujuan menulis di blog ini sebagai salah satu komitmen saya untuk membuat prasasti kehidupan saya dapat terdokumentasi selain jurnal harian saya, maka hal ini wajib saya lakukan.
Kegagalan Relasi
"Menangis itu Kejujuran.
Saya menangis karena hanya air mata yang sanggup mengerti apa kata hati."
Teman baik saya, Ade Manu Gah pernah bilang, Maya kamu ini terlihat keras, tapi sebenarnya polos. Sisca Mali pernah bilang, Maya kamu akan dikikis habis karena idealisme-mu terlalu tinggi, realita akan mengikis semuanya, tapi disitulah kamu akan menjadi kuat seutuhnya.
Saya mulai menyusun profil 'keluarga masa depan' sejak tahun 2004. Dibekali dengan realita keluarga (broken home) dan banyak penyimpangan profil 'keluarga' yang saya lihat di sekitar saya membawa saya bisa memahami dengan serius prinsip kebenaran yang saya dapatkan selama berkuliah di Petra. Semua teman lelaki atau kakak-kakak lelaki, selalu saya tempatkan sebagai saudara dan dalam persahabatan yang murni. Saya dengan cepat menolak dan mengklarifikasi jika saya melihat ada sinyal-sinyal berlebihan sebagai seorang teman. ha ha ha.. Sampai-sampai waktu kuliah, teman-teman saya bilang kalau laki-laki akan gemetar dan kabur duluan sebelum katakan cinta kepada saya. *___^
Sampai akhirnya di tahun 2011, saya bertemu dengan yang satu ini dan memulai komitmen pacaran dengannya. Setahun bergumul tentang kepindahan dari Surabaya ke Denpasar, yang akhirnya membawa saya sampai ke pulau Dewata ini. Dan impian yang besar untuk beradaptasi dan saling mengenal dengan baik harus diganti dengan kenyataan pahit yang harus saya temukan sendiri. Hati saya hancur berkeping-keping ketika menyadari bahwa pasangan saya menyukai dan terlibat ikatan emosional dengan orang lain dan mendengarkan pengakuannya bagaikan disambar petir di siang hari.
Mengakui kebenaran memang sulit..
Tapi menerima kebenaran jauh lebih sulit..
Saya belajar berbulan-bulan untuk mengampuni dan memberi kesempatan kedua, ketiga..
Berusaha.. berusaha lagi.. Sampai pada akhirnya, saya harus meyelamatkan diri saya sendiri dari bahaya yang lebih besar lagi.. Saya harus berhenti..
BERHENTI.. MENYERAH.. Adalah kata-kata yang tidak ingin saya koleksi dalam kamus kehidupan saya.. Namun, saat ini, saya harus benar-benar berhenti..
Saat menjalani, saya menangis.. Namun, saat berhenti pun sakitnya semakin menjadi-jadi.. Sakit yang paling sakit, tapi menjadi sakit hati yang terakhir.
Akhirnya, saya mengerti, bahwa kegagalan relasi ini bukan untuk disesali tapi diterima dan disyukuri.. Dengan berkata 'tidak', saya memberi penghargaan pada diri saya untuk memilih apa yang saya hargai. Dengan berkata 'berhenti', saya memberi pelajaran bagi diri saya tentang apa arti memperjuangkan perjuangan yang baik dan menghentikan perjuangan yang tidak seharusnya diperjuangkan.
Kesembuhan itu pekerjaan Tuhan dalam dimensi waktu Ilahi yang tak terbatas. Saya tidak menyesal, karena what doesn't KILL you makes you S.T.R.O.N.G.E.R.
Pelajaran kehidupan yang berat selalu melalui kesulitan..
Dan Tuhan mengobrak-abrik karakter, prinsip, perspektif saya dalam bagian ini..
Seorang lelaki tidak akan berubah untuk wanitanya..
Dia HANYA dan HARUS berubah untuk dirinya sendiri..
Ada saatnya saya merasa, mereka akan berubah, dan itu hanyalah masalah waktu..
Namun, waktu itu tak ada yang tahu. Mungkin waktu itu, ketika dia masih ada di samping kita atau justru waktu itu tiba saat mereka ada di samping orang lain.
Tapi Tuhan tidak pernah salah memimpin ataupun mengarahkan..
Kitalah yang salah mengartikan atau mempersepsikan hal itu..
Dan saya memutuskan untuk menutup bagian ini dengan syukur..
Soul Sister
Di gereja Global Church, beberapa wanita berhati misi dari western (Australian, American) dan Indonesia berkumpul dan menjalin persahabatan dalam Tuhan.
Kami telah menjalin relasi selama hampir setahun. Saya menemukan saudari-saudari dalam Tuhan seperti Marcia, Natalia, Paula, Esther, Kristi, Julie, Jennie..
Wanita-wanita yang mengasihi Kristus dan hidup penuh pengabdian pada Tuhan.
Berada di tengah mereka seperti berada di tengah kumpulan berlian mahal, dan saya pun ikutan bersinar karena aura mereka.. *___*
Hal ini tidak berlebihan, karena memang begitulah adanya.
5-10 menit mereka berbicara, anda pasti merasakan ada sesuatu yang berbeda dalam diri mereka. Mereka bukan perempuan sempurna tanpa kesalahan.
Mereka justru menjadi bersinar karena belajar dari kesalahan. Marcia dan Nat, adalah orang yang selalu menemani saya dan memeluk saya dengan doa mereka pasca putus dengan pacar saya. Dan di sinilah, makna persahabatan dalam Kristus benar-benar saya rasakan.
Proses penyembuhan dan kembali menatap kepada kehendak Tuhan dalam hidup, itu yang membuat saya bersyukur memiliki mereka dalam hidup saya.
Avilla One
Kalau memikirkan tentang Avilla, karakter bos-bos, dan kepindahan dari sekretaris menjadi HR Coordinator, memang bukanlah sebuah kebetulan. Kebetulan-kebetulan yang terlalu betul, membuat saya yakin semua ini sudah diatur oleh Tuhan.
Salah satu program dasar setiap hari adalah M3 (MORNING MOTIVATIONAL MOMENT) dan program setiap hari Sabtu S3 (SATURDAY SPIRITUAL SHARING) menjadi sebuah budaya yang diterapkan di perusahaan ini, dan saya diberikan kepercayaan untuk mengkoordinir acara ini. Saya confident dengan apa yang saya kerjakan. Saya mencintai pekerjaan saya. Saya menikmati mengurus orang. Memotivasi orang. Menggembalakan orang.
Pantai Kuta - Tempat Refleksi Favorit
Untuk ke pantai Kuta saya hanya perlu berjalan kaki selama 15 menit dari kos. Sambil jalan, saya sering mendengarkan lagu favourite saya dengan head set. Ketika musik ON, film dimulai.. Film di kepala saya tentang semua hal. Saya sering memperhatikan orang-orang di jalan (ekpresi wajah, sikap tubuh mereka), memperhatikan dedaunan dan pepohonan (keindahan dan perjuangan mereka untuk tetap bertahan bertumbuh di pinggir bangunan-bangunan).
Saya juga banyak berbicara dengan Tuhan dalam perjalanan ini. Saya menikmati kehadiran-Nya dalam setiap bentuk proses hidup. Dan itu lebih dari cukup untuk membuat saya berbahagia berada di titik ini.
You can suffer the pain of change or suffer remaining the way you are.
Courage is fear that has said its prayers and decided to go forward anyway.
Thank God,
Maya
2 comments:
what doesn't KILL you makes you S.T.R.O.N.G.E.R.
Pernah merasakan yang kamu rasakan May *hug* Emang gak mudah, sakit bangetttt...Tapi dari kejadian itu jadi lebih kuat, ni daku buktinya ^^
Makasih Mega.. Memang masalah relasi itu memang paling mengikis karakter kita, tapi Tuhan bekerja untuk kebaikan lewat smua pristiwa.. Menjadi tempat bersandar satu2nya.. Semangatt buat 'kita'..
Post a Comment