pages

February 21, 2011

LOVE That Will Not Let Me Go

My February… My Valentine.. My Refflection about God’s Love
Bagi saya memasuki tahun 2011 adalah sebuah perjalanan panjang yang akan sangat melelahkan. Dimulai dengan hari pertama di tahun ini terjadi konflik antara saya dengan salah satu anggota keluarga yg sangat dekat untuk sebuah hal yang sepeleh. Dilanjutkan dengan beberapa berita tentang beberapa orang terdekat yang sangat mengecewakan. Berbagai perasaan tak puas dengan hidup dengan cepat mencengkram. Tak puas dengan semua yang sudah kujalani. Tak puas dengan semua kondisi yg ada. Tak puas karena banyak hal tidak berjalan sesuai harapan. Tak puas, tak puas, tak puas…


Ketidakpuasan ini akhirnya menghasilkan suatu penyakit dalam yang serius. Saya mencoba menarik diri sejenak dari semua hal, mencoba mencari waktu tenang untuk kembali mengevaluasi diri.
Menjalani ritme kehidupan di tahun ini sepertinya sangat berat. Saat memasuki bulan Februari ini, saya sempat menikmati satu paket perasaan yang sangat bervariasi. Dimulai dengan datangnya beberapa orang baru yang datang kembali dalam hidup, konsisten berkomunikasi, dan berbagai peristiwa yang terus membawa saya mengerti makna kasih yang lebih mendalam.


Sejak awal bulan Februari, dalam bulan yang disebut sebagai bulan Kasih Sayang ini, saya memang mendoakan untuk bisa merenungkan tentang Kasih Tuhan dalam hidup saya. Saya mengganti profile picture pada account Facebook dengan sebuah gambar lilin yang sedang menyala. Dengan suasana yg hening yang mendeskripsikan bahwa saya ingin kembali merenungkan makna cinta sejati yang Tuhan kerjakan dalam hidup saya. Ingin melihat dan meresapi berkas-berkas sinar kasih yang pernah menjadi bagian dalam hidup saya.


Banyak peristiwa yang membuat saya sangat merasa terpukul, kecewa dan sakit hati. Semua peristiwa itu membuat saya ingin mempertanyakan kepada Tuhan, dengan pertanyan-pertanyaan : Dimana kasihMu pada-ku Tuhan?? Mengapa semua seakan bertambah buruk?? Aku hanya meminta hal sederhana tapi mengapa selama bertahun-tahun justru hal itu yang semakin menghimpit hatiku. Tolong buat aku mengerti mengapa ini harus terjadi..
Yah begitulah pertanyaan-pertanyaan yang coba saya ajukan dalam doa pribadi. Karena sepertinya hati ini mulai menjadi dingin. Serasa ingin ‘memaklumi’ semua yang terjadi tanpa satu pengertian dan penerimaan akan maksud mengapa hal itu harus terjadi. Saya mencoba untuk mengerti dengan pertimbangan di dalam pikiran namun hati ini 100% menolak logika yang ditawarkan oleh pikiran saya.

Dan akhirnya Tuhan mulai merancang dan melakukan beberapa peristiwa yang membuat-ku bisa merasakan kembali hangat KasihNya.
Dimulai dengan tanggal 12 Februari, dengan mempersiapkan sebuah pujian berjudul “Kasih” yang dilantunkan oleh Rio Febrian mengantarkan rangkaian refleksi ini. Kami melantunkan lagu ini di kebaktian Pemberkatan Pernikahan salah satu teman pelayanan. Lirik lagu ini sangat sederhana, kira-kira seperti ini kata-katanya :
Kau datang padaku di dalam hatiku

Kau jamah diriku dalam kelembutanmu

Kasihmu, cintamu, selalu untukku

dan takkan pernah kau meninggalkanku

Kasih setiamu


Kau pelita kakiku penerang jalanku

Dan ku takkan jauh darimu

Sebab dirimu s'lalu ada di dalam hatiku


Saya kembali mengingat peristiwa bagaimana Ia datang dan menjamah hati saya dalam peristiwa 6 tahun yang lalu. Tepat malam tanggal 13 Februari 2005 setelah pulang dari sebuah acara Kamp Mahasiswa, khotbah penutup dari Ibu Magdalena Santoso, seorang Hamba Tuhan di UK Petra terus mengusik saya. Suasana kamar gelap, membuat saya dapat melihat bias cahaya remang-remang lampu 5 watt dari luar kamar. Saya mulai menangis dan cuplikan film kehidupan saya sangat jelas ditayangkan dalam pikiran saya. Maya kecil yang patah hati karena perceraian orang tua, menangis tanpa sebab setiap malam, segala usaha pelampiasan pembuktian eksistensi diri yang bertahan bertahun-tahun akhirnya berakibat KEKOSONGAN dan KEHAMPAAN, dan di akhir cuplikan kehidupan itu, kalimat yang disampaikan Ibu Magdalena kembali berbisik : Hanya Yesus JAWABAN dalam hidup ini. Tidak peduli, sudah berapa tahun anda menjadi Kristen, tapi kalau anda menyadari bahwa IA belum pernah masuk dalam hatimu, maka sekarang juga minta Ia masuk dalam hatimu. Dan akhirnya, saya memutuskan untuk berdoa. Saya berlutut di tengah kamar. Saat itu saya merasakan sebuah kerinduan yang besar kepada Pribadi Tuhan, dan saya mengakui di hadapanNya bahwa saya membutuhkanNya. Saya memohon agar Tuhan bersedia untuk MASUK dan DIAM dalam hati saya. Aliran airmata mengalir tak terbendung dan saya merasakan suatu kelegaan dan sukacita yang amat besar setelah itu..


Lagu ini menyadarkan saya akan peristiwa penting itu,. Ia menjamah hati saya yang rapuh dengan kelembutan kasih-Nya, dan sejak saat itu DIa tidak pernah meninggalkan saya lagi karena Kasih setiaNya tetap tinggal di dalam hati saya.


Hari senin tepat hari Valentine 14 Februari, saya menghabiskan seluruh hari itu di kamar, terbaring lemah karena demam dan diare. Siang itu, saya masih sempat dijenguk oleh kakak rohani Remuz Kmurawak, seorang pemuda biasa dengan Tuhan yang luar biasa hidup di dalam dirinya. Sebelum meninggalkan Surabaya siang itu, ia masih menyempatkan diri mengunjungi kos-kosan kami. Menjelang petang 14 Februari yang lalu, saya betul-betul kritis secara jasmani dan rohani. Mengalami beberapa mimpi buruk dan terbangun lemas membuat saya semakin tenggelam dalam pertanyaan paling BODOH yang pernah ada dalam kamus kehidupan saya. Tuhan, saya merasa tidak dikasihi oleh siapapun di dunia ini. Saya sendirian. Saya kesepian. Saya capek. Apakah Tuhan mengasihi saya?? Dan Tuhan membuat saya mengingat begitu banyaknya orang yang pernah datang dan meninggalkan jejak yang tidak akan pernah hilang dalam hati saya karena kasih mereka bagi saya. Tapi hal itu belumlah dapat membuat saya puas.

Malam Valentine itu, saya didoakan oleh Ivanna Muskananfola, Hestin Klaas, Tirsa Kailola, dan Ester Aritonang. Mereka adalah malaikat-malaikat yang sangat cantik diberikan oleh Tuhan untuk mewarnai dan menyemangati saya. Malam itu, badai perdebatan dalam hati saya berangsur-angsur mereda. Dan malam itu saya dapat tidur dengan lebih tenang.

Tanggal 15 Februari, saya menonton sebuah Film berjudul “Love Comes Softly”. Film yang kembali dipakai Tuhan untuk membuat saya mengerti tentang kebenaran KasihNya. Sebuah kalimat yang sudah sering saya dengar namun entah mengapa, pada saat itu kalimat itu membuat saya menangis karena kesederhanaan kalimat tersebut itu seperti sebuah bisikan lembut dari Tuhan bagi saya. Seperti ini kalimatnya :

The TRUTH of God's LOVE is not that HE allows bad things to happen BUT It's HIS PROMISE that HE will be there with us.


Quote di atas ini menjadi suatu jawaban tentang suatu KASIH yang tidak pernah akan meninggalkan saya. Karena Pribadi dan Janji itu selalu bersama-sama dengan setiap anak Tuhan yang pernah menerima Yesus sebagai TUHAN dan JURUSLAMAT.
Masalah seberat apapun..
Kenyataan sepahit apapun..
Pergumulan selama apapun..
IA berjanji bahwa kita tidak pernah sendirian menghadapi dan menanggung semuanya itu.
IA adalah ALLAH yang selalu bersama kita dan tidak akan pernah meninggalkan kita sendirian dalam menghadapi segala hal..

--18 Februari 2011--



February 01, 2011

Manusia Jijik, Tuhan Tilik


Beberapa hari lalu, dalam rapat Pengurus Alumni salah satu Yayasan Pemberi Beasiswa untuk anak Indonesia, dimana saya menjadi salah satu anggota pengurus di dalamnya. Saya bertemu dengan seorang wanita yang cukup menarik. Wanita itu berumur sekitar 50an tahun. Ia seorang pendiri beberapa Yayasan-yayasan Sosial. Pertama-kali ia menyapa, saya dapat merasakan aura yang berbeda dari cara –nya melihat. Serasa ada suatu kehangatan dan penerimaan yang tulus dari seseorang yang baru dikenal.

Dalam diskusi, dia lebih diam dan memperhatikan kami berbicara dan sepertinya sedang menganalisa kami lebih dalam berdasarkan pernyataan dan ide-ide yang kami utarakan. Sewaktu makan siang, kami berbincang-bincang dengan-nya tentang sepak terjangnya yang sudah tidak terhitung lagi dalam semangat kepedulian terhadap permasalahan sosial. Yah, saya cepat sekali kagum dengan orang-orang seperti ini. Orang-orang yang secara alami merespon dengan tepat kebutuhan terdalam dari beberapa kelompok-kelompok orang yang diabaikan.

Wanita ini melakukan hal-hal sederhana dengan kepekaan dan pemaknaan yang sangat mendalam. Dia bukan seorang Miss.Universe yang ketika mengunjungi penderita HIV/AIDS akan dikelilingi oleh beberapa kamera di tiga angle berbeda untuk mendapatkan gambar terbaik yang memperlihatkan ekspresi wajah yang tepat. Dia juga bukan seorang politisi, yang pergi mengunjungi warga kurang mampu dan membagikan sembako sambil memberi keterangan kepada pers tentang kebesaran hati yang sedang dilakonkan di depan media. Dia juga bukan seorang tokoh agama yang radikal, yang sedang memberitakan pesan humanis dan kasih kepada khalayak umum. Dia hanyalah seorang wanita sederhana, seorang istri dan seorang ibu rumah tangga yang menemukan arti hidupnya.

Ketika saya mendengarnya bercerita tentang bagaimana ia terlibat dalam suatu Yayasan Transformasi Lepra dan menyuarakan agar kaum penderita Lepra jangan didiskriminasikan lagi oleh masyarakat, saya sangat tersentuh. Saya teringat beberapa hari yang lalu (27-01-2011), saya menerima SMS dari teman saya bernama Christopher Pentury… SMS itu berisi seperti ini :

Matius 8:1-4
Orang yang tidak layak untuk disentuh oleh manusia, dipandang layak untuk disentuh oleh Allah
Terlintas dengan cepat di dalam benak, film pendek tentang Tuhan Yesus yang menghabiskan waktu dan pelayanannya untuk kaum yang termarjinalkan.. 

Ayat 3 : And He reached out His hand and touched him..

Orang kusta dijamah, disentuh oleh-Nya tanpa ada interval waktu berpikir untuk mengolah pemandangan yang menjijikkan tentang si Kusta.. Tidak memikirkan apa kata orang banyak yang melihatNya menyentuh si Kusta yang dalam pengajaran saat itu merupakan orang-orang yang dikutuk karena banyak dosa. Tidak menghiraukan bahkan mengabaikan jika orang lain akan menjauhiNya karena sentuhanNya terhadap si Kusta. TindakanNya hanya digerakkan oleh satu alasan karena di dalam hatiNya tiba-tiba muncul suatu aliran luapan KASIH yang tak dapat tertahankan. Dalam cerita Tuhan menyembuhkan orang Kusta, sentuhan yang dilakukan Tuhan Yesus terhadap penderita kusta tersebut bukanlah sentuhan yang penuh ketakutan tapi tindakan responsif seseorang yang ingin menaruh belas kasihan yang sangat besar sehingga tidak mempunyai ruang kosong untuk mempertimbangkan hal lain.

Dalam pikiran saya tiba-tiba muncul suatu frame memori yang mengingatkan saya kejadian di bulan Desember 2009 yang lalu. Waktu itu, saya menjadi bagian dari rombongan Misi ke daerah pedalaman Kalimantan Barat. Kami melayani di sebuah desa dekat perbatasan Malaysia. Desa itu bernama Desa Tamong. Kami melakukan beberapa pelayanan seperti pelayanan anak, pertanian, pembangunan gereja, perkunjungan dan juga kesehatan. Pada waktu saya terlibat di pelayanan anak, saya sempat bertemu dengan seorang anak Tamong yang sedang menderita sejenis penyakit kulit seperti borok dan sudah berair seperti nanah di sekeliling telinganya. Dengan cepat, saya mengalihkan perhatian saya dari pandangan mengerikan tersebut kepada kerumunan anak-anak yang lain agar pandangan saya tidak tertuju pada daerah bagian telinga anak itu.. Saya sangat malu, sedih dan menyesal.. Mengapa perasaan seperti itu masih betah di dalam diri saya yang mengakunya seorang “wanita Kristiani’.. Wanita yang tahu hati Tuan-nya.. Saya membayangkan seandainya saja saya hidup pada saat Tuhan Yesus yang menghabiskan waktu pelayananNya bersama orang MISKIN dan orang SAKIT, saya akan menjadi orang yang menjauh dariNya, menjadi orang berusaha menghindari orang-orang yang dikasihi-Nya.. Dan yang pasti saya tidak akan tahan mengikutiNya kemana pun Dia pergi.. Karena dari kesaksian Alkitab, kita dapat mengetahui bahwa Tuhan Yesus banyak menghabiskan waktu pelayanan-Nya justru dekat dan bersama orang-orang seperti itu..
Yah.. Lagi-lagi menjadi pendengar memang MUDAH tetapi menjadi pelaku, itu yang SULIT.. 

Frenz,, 
Ketika kita mengaku bahwa kita adalah pengikut-Nya, murid-Nya, anak-Nya,,
Cara hidup dari Tuhan Yesus yang seperti apa yang telah menjadi bagian dalam hidup kita??
Ajaran dari Tuhan Yesus yang manakah yang telah kita usahakan untuk dilakukan dalam keseharian kita??
Sifat dan karakter apakah yang menandakan bahwa Ia adalah Bapa kita dan kita adalah anak-Nya??
Pertanyaan-pertanyaan ini yang harus selalu kita refleksikan sepanjang perjalanan kehidupan kita.. Agar suatu saat ketika waktu itu tiba, Ia mendapati kita menjadi hamba yang setia.. Dan layak untuk masuk dalam Perjamuan Besar Kerajaan Sorga..

Created by Maya Basoeki - Jakarta : January 30, 2011