pages

September 12, 2011

Siap untuk Berkomitmen?



Prinsip dasar di Matius 19:1-8

- Allah tidak menyukai perceraian
- Allah tidak menyukai perzinahan
- Perceraian karena ketegaran hati manusia
- Jangan takut menikah
- Menikah membutuhkan KOMITMEN

KELUARGA:
- Sarana untuk mengasihi dan melayani (Ini pelayanan paling konkrit dan holistik)
- Sarana beribadah (Membawa seisi keluarga untuk tunduk dan takut akan TUHAN)
- Sarana mengalami mujizat (Berkat-berkat spesial yang memang hanya bisa dirasakan di dalam keluarga)

Relasi suami istri sudah membentuk sebuah keluarga.
Maka tidak perlu cerai kalau tidak mempunyai anak. Anak adalah berkat dari Tuhan untuk melengkapi kebahagiaan keluarga. Jangan memakai alasan karena tidak mempunyai anak sebagai alasan membatalkan komitmen. Komitmen tidak bisa ditarik hanya bisa dijalani. Suami-istri sudah cukup. Itulah keluarga yang dimaksud Tuhan. Seorang pria dan wanita bersatu menjadi satu daging. Itulah keluarga. Tanpa atau dengan anak, mereka berdua tetap KELUARGA.
Keluarga inti: Suami dan istri.
Keluarga lengkap: Orang tua dan anak.
Keluarga besar: Mertua, menantu, paman, tanta.

Untuk Membangun Komitmen Keluarga maka kita harus:


1. Memahami pernikahan sebagai:
> sebagai pilihan (jgn marah TUHAN kalau pasangan membawa masalah di kemudian hari, dia adalah pilihan-mu)
> sebagai perjanjian di hadapan TUHAN (Tuhan tidak menyuruh kita berjanji, tapi kita yang mau berjanji di hadapan Tuhan untuk sehidup semati. Ini bukan janji kepada manusia, tetapi dengan TUHAN yang empunya hidup dan alam semesta, HATI-HATI jika mengingkarinya)
> sebagai persahabatan seumur hidup (Dialah TEMAN HIDUP=Teman untuk menjalani seluruh hidup ini. Dengannyalah kita akan bersahabat untuk memaknai hidup ini selamanya) 
> sebagai pelayanan (Ini penting, karena prinsip ini akan memberi pemahaman yg benar. Prinsip MELAYANI bukan dilayani. Memberi bukan mendapatkan. Berkorban bukan menuntut. Tidak ada yang superior. Ini yang sering jadi masalah utama karena tidak memahami bagian ini dengan benar)

2. Memahami bahwa Pernikahan memiliki dampak REGENERATIF dan HOLISTIK

REGENERATIF: Penanaman nilai kepada anak akan sangat berpengaruh pada-nya kelak ia dewasa. Anak memperhatikan bagaimana orang tuanya hidup, lebih dari mendengarkan apa yang dikatakan orang tua. Semua nilai yang kita tanamkan bagi mereka akan menjadi standar kehidupan mereka. Suami atau istri bisa menjadi motivator atau provokator bagi anak-anak. Kalau ada masalah dengan suami atau istri jangan membawa anak untuk membenci salah satu pihak. Promosi tentang suami/istri anda kepada anak tentang pengalaman-pengalaman berkesan yang pernah dilakukan oleh papa/mama mereka. Promosikan kakek-nenek kepada mereka dengan menceritakan kisah-kisah heroik yang pernah dilakukan. Promosikan TUHAN kepada anak dengan menceritakan kebaikan Tuhan dan pertolongan Tuhan yang nyata bagi anak. Jangan hanya menyuruh anak untuk ke gereja tapi anda tidak pergi ke gereja. Jangan hanya menyuruh anak mengunjungi kakek-nenek. Bawa mereka. Tunjukkan bagaimana anda bertemu dengan TUHAN dan orang tua anda.


HOLISTIK: Orang tua kacau maka anak juga akan kacau. Keluarga kacau, maka dunia kacau. Seorang penjahat/teroris/kriminal tingkat tinggi dan presiden yang berada di luar sana adalah produk keluarga. Dengan membuat keluarga kita bahagia, peduli kepada sesama dan alam, maka akan berdampak bagi negara dan dunia. Jangan anggap remeh hal ini. Keluarga rusak, dunia rusak. Makanya metode paling jitu dr iblis untuk merusak dunia adalah dengan merusak keluarga. Sehingga suami-istri becerai (bercerai bisa secara jiwa dan fisik. Bisa secara fisik mereka terus bersama, namun sebenarnya jiwa mereka sudah bercerai), orang tua dan anak juga bisa bercerai secara fisik dan jiwa.. Banyak sekali kita menemukan kasus anak muda yang terlibat NARKOBA dan kejahatan di luar sana adalah mereka yang mengalami 'kekurangan' dalam keluarga.

3. Memahami pernikahan sebagai RELASI yang berkekalan (SURGAWI)


Tidak ada perceraian di mata Tuhan. Pernikahan di mata Tuhan, hanya sekali. Pernikahan sekali seumur hidup. Itu Alkitabiah. Karena itu perceraian tidak pernah dilakukan di gereja.

Istilah teman hidup di dalam Alkitab hanya dipakai untuk relasi suami-istri. Ini relasi yang paling intim. Suami tidak boleh lebih dekat dengan orang tuanya atau pekerjaannya lebih dari kedekatannya dengan istrinya. Begitupun, istri tidak boleh lebih dekat dengan anak atau pelayanan lebih dari kedekatannya dengan suami.
Karena ketika desain ini salah diimplementasikan maka akan terjadi masalah. Ikatan suami istri lebih kuat daripada ikatan ibu dan anak. Ini alkitabiah. Karena mereka harus meninggalkan orang tua untuk bersatu dengan teman hidupnya. Mereka harus memprioritaskan istri atau suami lebih dari orang tuanya. Relasi suami istri adalah representasi keintiman Allah dengan umatNya. Allah sebagai mempelai pria dan gereja sebagai mempelai wanita. Tapi ini bukan berarti kita tidak mempedulikan orang tua, pelayanan, tanggung jawab sosial dan hal lain selain suami/istri, bukan seperti itu. Hal itu tetap menjadi list kewajiban kita yang harus dijalani. Konteks ini bicara tentang prioritas.

Perkembangan media komunikasi seperti handphone, facebook, 3G dll tidak salah. Yang salah adalah ketika kita menggantikan komunikasi yang paling dasar dengan semua media komunikasi itu. Dalam kasus komunikasi suami-istri, jangan pernah menggantikan komunikasi mouth to mouth, face to face with body language dengan media komunikasi lain.
Buatlah kesepakatan antara suami istri untuk menjaga kualitas komunikasi. Semuanya harus melalui penjelasan dan kesepakatan bersama. Misalkan, jangan bertengkar atau mengkritik lewat SMS karena pasti kita akan bertemu dan dapat berbicara secara langsung. Jangan suka periksa INBOX pasangan, lebih baik tanya langsung kepadanya. Karena hal itu membuktikan bahwa kita lebih mempercayai perkataan pasangan kita daripada membaca SMS orang lain (perkataan orang lain).  

Apakah itu berarti kita tidak boleh cemburu?? Kan cemburu tanda cinta. Kalau tidak cemburu berarti tidak benar-benar cinta donk?? Ini tidak alkitabiah. Dalam kasih tidak ada ketakutan. Kasih tidak cemburu. Coba baca lagi interpretasi KASIH di 2 Korintus 13. Curiga boleh karena itu adalah dugaan yang belum ada pembuktiannya. Tetapi jangan sembarang menerima pikiran negatif atau tuduhan kepada pasangan kita. Bawalah semua kekhawatiran itu di dalam doa dan permohonan kepada Tuhan. Anda hanya perlu mengingatkan pasangan anda ketika anda mencurigai-nya dengan cara yang baik. Cara KASIH. Dalam kelemahlembutan dan tidak selfish. Bukannya cemburu buta, asal marah aja, tidak jelas, tidak ada bukti dan egois.

Marah sekali-kali tidak apa-apa. Tapi jangan jadi pemarah. Marah tapi jangan berbuat dosa. Marah tapi jangan mengeluarkan kata kasar dan kotor apalagi sampai merusak barang. Lebih baik anda telat tidur untuk menyelesaikan masalah dan berdamai daripada anda tidur dan tidak bisa tidur sampai pagi.

Komitmen Pernikahan memang diperlukan karena banyak hal bisa menjadi alasan dua orang berpisah dan tidak sejalan lagi. Masalah keuangan (bangkrut, dulu kaya sekarang melarat, pemberian uang kepada orang tua), keturunan (mengharapkan anak lelaki, nyatanya yang keluar cewek), kekerabatan (masalah dengan keluarga besar atau dengan mertua), kesehatan (terkena kanker sehingga harus cuci darah, tidak mampu memenuhi kebutuhan biologis dsbnya), kekudusan (selingkuh secara fisik maupun hati, melakukan korupsi di kantor sehingga harus berurusan dgn urusan pidana) dan juga masalah kerohanian (dulu rajin gereja, kok skrg ga pernah ke gereja. Dulu sering sate bersama, sekarang sudah tak pernah lagi). Masalah apapun tidak bisa dijadikan alasan perceraian. Untuk itu, pertimbangkanlah semua hal itu baik-baik sebelum berkomitmen. Setelah anda berkomitmen, anda hanya bisa menjalaninya, tidak bisa komplain.


Ingat, jangan mentolerir hal-hal kecil yang tidak benar selama pacaran. Karena ketika anda menikah justru kadang-kadang hal-hal kecil itu yang menjadi biang kehancuran dalam Rumah Tangga. Perlu adanya sikap terbuka, komunikasikan dengan jujur, menjelaskan dengan baik maksud anda kepada pasangan dan anak, buatlah sistem/kesepakatan bersama untuk berbagai hal agar 'surga' dalam keluarga bisa dirasakan oleh semua pihak.

Janji NIKAH hanya di awal, tetapi menjalani KOMITMEN adalah seumur hidup. Komitmen baru selesai setelah kita meninggal. Termasuk janji SETIA SEHIDUP SEMATI, dalam susah senang, dalam keadaan baik sakit harus dijalani seumur hidup.

JATUH CINTA ada akhirnya, namun BANGUN CINTA tidak akan pernah ada akhirnya. Berpacaran memang diawali dengan JATUH CINTA. Namun, Kehidupan berkeluarga adalah proses MEMBANGUN CINTA. Tidak akan pernah ada akhirnya anda akan belajar mengasihi pasangan, belajar memberi diri lebih dan lebih lagi, belajar melayani, belajar menjadi pribadi yang lebih baik. Ini proses yang tiada akhir.

Jodoh adalah pilihan kita. Ketika kita mau menikah, kita memilih, kita berkomitmen, kita meminta berkat Tuhan (pemberkatan), dan kita menjalani komitmen pernikahan itu sampai akhir hidup. Jadi ketika pasangan membawa masalah dalam kehidupan pernikahan, jangan salahkan Tuhan atas pilihan-mu. 

Jika seseorang tidak bisa menjadi pemuda atau pemudi yang baik dan takut akan TUHAN pada saat SEKARANG, maka jangan berharap kalau ia bisa menjadi suami dan istri yang baik suatu hari kelak.

Jangan biarkan anak-anak kesepian di masa kanak mereka, kalau kita tidak mau kesepian di masa tua kita.

Setiap Wedding Anniversary, suami-istri perlu bersama melakukan refleksi. Tanyakan kepada pasangan anda, apakah ia bahagia sejauh ini dengan pernikahan ini. Karena pasangan kita yang merasakan bahagia atau tidak bahagia hidup bersama kita.

Hati-hati dengan jarak. Maksud-nya adalah ketika berpacaran usahakan untuk berkomunikasi secara intens. Pastikan anda benar-benar mengenalnya. Karena dengan melihat kehidupan sehari-hari, anda akan benar-benar mengenalnya. Seseorang tidak dapat selalu bersandiwara setiap saat. Karakter yang sebenarnya akan terlihat dengan proses bersama. Kualitas komitmen pernikahan yang baik ditentukan juga oleh kualitas pacaran yang dilalui. Berkat untuk sebuah keluarga sungguh ada dari TUHAN. Menikah dulu baru diberkati. hehhehehe..

Masalah kekudusan relasi dalam pernikahan adalah sesuatu yang serius dipandang TUHAN. Dosa yang paling menyakiti hati TUHAN adalah perzinahan orang Israel dengan para baal. Sebenarnya kekudusan dalam pernikahan, tidak bisa dipisahkan dari kekudusan pasangan sebelum berpacaran atau sedang berpacaran. Jika mempunyai pengalaman dosa percabulan sebelum diikat dalam ikatan pernikahan, maka bertobatlah dan minta ampun secara khusus untuk dosa yang telah anda perbuat. Putuskan setiap ikatan jiwa di dalam nama TUHAN atas semua ikatan badan/jiwa yang pernah terjadi antara anda dan orang lain di luar ikatan pernikahan agar dilepaskan TUHAN. SERIUS!! 
Apa yang diikat di dunia, akan terikat di surga, apa yang dilepaskan di dunia akan terlepas di surga.
Ini bukan untuk menakuti anda. Ada berkat yang sangat istimewa untuk keluarga masa depan anda yang sudah disiapkan oleh TUHAN, namun jika anda belum mendoakan dan bertobat dengan serius dan belum memutuskan efek dari dosa itu maka hal itu bisa saja menjadi masalah dalam keluarga masa depan anda. Anda mungkin sudah bertobat dan tidak pernah melakukan percabulan lagi, tetapi anda juga perlu memutuskan kuasa dosa tersebut karena ingat kuasa dosa adalah mengikat. Dan hanya bisa dilepaskan ketika dosa itu dibawa di hadapan salib Kristus, dibasuh oleh darah-Nya dan iblis pun melihat hal itu. Sangat penting karena ketika anda belum memutuskan kuasa dosa percabulan hal ini bisa menjadi penghalang anda menikmati berkat spesial dalam rumah tangga saudara kelak. Ingat efek dosa percabulan di Perjanjian Lama, ketika efek dosa itu harus ditanggung sampai keturunan ke-empat. Bukan hanya itu saja, iblis juga mempunyai akses besar untuk membayangi keluarga masa depan saudara dengan dosa masa lampau yang belum dibereskan di hadapan TUHAN. Hal ini juga berlaku, ketika suami/istri kita melakukan dosa perzinahan setelah menikah. Hal yang sama perlu dilakukan. PERTOBATAN, DOA PEMUTUSAN KUASA DOSA dan KOMITMEN baru di hadapan TUHAN untuk tidak melakukannya lagi. Ranjang anda harus kudus. Hanya bersama orang yang telah anda bawa ke hadapan TUHAN. Selain dia, anda berzinah, itu Dosa. Dan ALLAH membenci dosa.

Terlalu banyak kasus yang dapat saya ceritakan bagaimana kuasa dosa yang belum beres bisa berpengaruh kepada keluarga dan kehidupan anak-anak anda di masa depan.

Selamat mempersiapkan pernikahan bagi yang sedang berpacaran.
Siapkanlah diri anda sebaik mungkin. Karakter anda adalah yang utama. Jika anda ingin mempunyai keluarga yang bahagia, maka perbaikilah kualitas karakter anda saat ini untuk melayani Tuhan dalam segala aspek kehidupan anda.

Selamat menjalani komitmen pernikahan bagi yang sudah berkeluarga.
Jalanilah komitmen anda dengan setia dan takut akan TUHAN.



Ringkasan dan refleksi oleh Maya Basoeki @ GKI Darmo Satelit Surabaya tgl 10-09-2011
Momen: Persembahan Pujian 'YESUS' oleh Serenity VG (Pelayanan pertama bagi saya dengan kelompok VG Serenity)..



2 comments:

Unknown said...

Lengkap dah review-an dari Maya..Tengkyuu may :)

Maya Basoeki said...

Hahhahaa... Iya kaka sayanggg... ;)