--my mom--
Dalam hari-hari terakhir ini, wajah ini selalu muncul dalam ingatan..
Saya merenungkan, betapa berharganya mama dalam hidup saya..
Saya tidak punya cerita indah antara anak perempuan dan mamanya..
Tak ada memori masa kecil yang dapat saya ingat bersamanya..
Karena kisah kami memang bukan kisah pada umumnya..
Saya harus berpisah dengan mama sejak berumur delapan tahun karena perceraian orang tua. Saya dan kedua adik saya belajar bertumbuh sendiri tanpa orang tua. Karena papa saya bekerja di luar pulau untuk menafkahi kami bertiga.
Saya dapat menghitung dengan jari, sejak delapan tahun sampai detik ini, tidak lebih dari sepuluh kali, kami bertemu dalam kondisi dan momen yang berbeda.
Saya ingat pertemuan pertama ketika kelas 2 SMP, kami berdua secara tidak sengaja bertemu di sebuah Toko Buku Rohani. Sambil bersembunyi, saya memperhatikan wanita yang ada di depan saya dan berpikir sepertinya wanita itu adalah mama saya. Mama pun dengan cepat menyadari anak perempuan di depan pelupuk matanya adalah anaknya.
Atau pertemuan yang kedua yang terakhir, di tahun 2006, ketika dalam rentang waktu 5 tahun tidak pernah melihat wajahnya sama sekali, kami bertemu selama 5 hari di Bali. Saya dengan beraninya mengambil resiko bepergian sendirian dengan bus malam dari Surabaya menuju Bali untuk melepas rindu dengannya dan memabawa misi besar. Misi besar untuk berdamai dengan masa lalu dan dengan dirinya. Perjalanan ini adalah perjalanan paling jauh yang saya tempuh seorang diri. Sungguh mendebarkan. Saya masih mengingat dengan jelas bagaimana takutnya saya di atas bus pada saat penyeberangan di Gilimanuk. Di belakang barisan tempat duduk saya, semuanya pria asing dengan wajah yang tegang. Akhirnya, saya harus menutup wajah saya dengan kain supaya tidak terlihat mencolok. Dan perjalanan 11 jam itu, berakhir dengan pertemuan yang indah di terminal Ubung. Seorang wanita cantik dengan blus berwarna merah sudah mennatikan saya dengan wajah yang berseri. Wanita cantik itu adalah mama saya. Kami berpelukan dan berurai air mata dan tak peduli semua orang yang memperhatikan kami saat itu.
Dan pertemuan terakhir, sekitar setahun yang lalu Mei 2011, kami bertemu di Surabaya. Pertemuan yang memuaskan diri saya karena memeluknya dalam 13 hari yang mendamaikan. Belajar berdansa dengannya. Mama saya sangat ahli dalam hal ini. kami berdansa, shalsa, jeven dan ber-sajojo. Pemandangan yang sangat indah, karena saya merasa melihat wanita asing yang senyumannya dapat membangkitkan berjuta rasa dalam hati saya. Dia adalah mama saya.
Dan hari ini, ketika saya mengingatnya kembali, memikirkan keadaannya yang sedang terbaring lemah tak berdaya di Unit Gawat Darurat, memori itu seakan menyayat hati saya. Saya menyadari bahwa saya sangat mengasihi-nya, karena ia ternyata sangat berharga dalam hidup saya.Ingin rasanya ada di sampingnya, memeluknya, membacakan ayat penghiburan dari mazmur Daud di telinganya, tapi hal itu tak dapat tercapai.
Saya menulis dengan airmata. Saya menangis ketika mengingatnya. Andaikan ia tahu dan merasakan, seberapa berartinya dia bagi-ku..??
--wish i was there, right beside you--
No comments:
Post a Comment