pages

September 12, 2012

Memandang Langit

If people sat outside and looked at the stars each night,
 i bet they would live a lot differently..

Menghabiskan malam di pantai Kuta bersama seorang teman yang ku tahu pasti dikirim oleh Tuhan untuk menemani-ku dalam saat-saat kelam seperti ini. Namanya Marcia Emano. Dia teman gereja di Global Church. Kami sama-sama perantau yang terdampar di pulau Bali, dan melabuhkan hati untuk bertumbuh di Global Church. 

Berbagi cerita kehancuran hati. 
Terpukau saat mengetahui kami mendapatkan suara pernyataan Ilahi yang sama.
Tersenyum melihat proses berat ini.
Saling memegang tangan dan mendoakan satu dan yang lain.
Airmata kami jatuh tak tertahankan.
Isak tangis kami tenggelam di tengah bunyi riuh sang Ombak.
Satu demi satu memori tentang 'mereka' terbayang dengan jelas.
Segala harapan indah karena 'merasa' memulai dengan orang yang tepat terasa menohok menghancurkan rasa.

Memandang ke langit nan jernih dan tenang seakan menyuarakan satu hal yang sama kepada Dia yang bertakhta di atas bintang-bintang. "Tuhan, terimakasih untuk proses berat ini. Karena dengan demikian, kami tahu bahwa kami bukan anak gampangan. Anak yang Kau kasihi, akan selalu ditempa." 

Di pantai ini, aku menangisi kenangan dan kepergiannya..
Dan hari ini, masih di sini, Kuta - Bali, aku memutuskan untuk membiarkannya berlalu.
Bukan dengan memalingkan wajah.. Namun, dengan tangan yang melambai-lambai..
Selamat tinggal.. Aku akan menutup lembaran ini dengan TUNTAS.. Tak ada yang akan disesali. Karena ini akan menjadi pelajaran berharga untuk cerita hidup-ku.
Aku akan melanjutkan perjalanan ini bersama TUHAN-ku..

Let him go.. (rony)
Let it go.. (relasi)
Accept it.. (pelajaran, kesalahan, kenangan)

 

No comments: