pages

Showing posts with label Reflection. Show all posts
Showing posts with label Reflection. Show all posts

April 25, 2015

Kasih yang Sejati



Bagi saya, kasih yang sejati adalah kasih yang tidak ada ketakutan di dalamnya. 

Tidak takut ditinggalkan.

Tidak takut disakiti.

Tidak takut dikecewakan.

Karena ketika kasih itu benar-benar sejati, 
ia tidak memberi ruang untuk hal apapun 
selain terus mengasihi dan mengasihi.

Realita saat ini membuat dunia semakin ragu akan kekuatan kasih yang sejati.

Namun, percayalah bahwa kasih itu masih ada di dalam keyakinan akan perubahan yang lebih baik.

Kuasa cinta selalu ada dan terbukti mampu mengubahkan yang telah rusak dan mendamaikan yang berseteru.

February 23, 2015

Look Up




Truly I tell you, 
if you have faith as small as a mustard seed, 
you can say to this mountain, 
'Move from here to there,' and it will move. 

Nothing will be impossible for you. 

- Matthew 17:20-21 -



I am thinking about true prayer. 
If I am to spend time and energy praying that families, friends, and colleagues become spiritually alive.
I need faith, even as small as a mustard seed: 
Faith in our God who answers prayer, 
and trust that my prayers will make a difference. 

I need to know that this 'prayer project' has approval from 'heavenly places' and is totally aligned with God's mission. 

I need to believe that 
'they' are not beyond God's power to save.

I need to always remember, 
God loves them more than I could love them.

I cannot always find a way to their heart, 
but God is always able to touch them.

But, beyond on my best wishes for them, 
God knows the best for everyone, 
and I trust His heart.




Melbourne: 
Feb 23, 2015







June 03, 2013

Abundance

Abundance is a matter of receiving it from God. 
He already knows what we want, 
what we love, and what we need.
He knows us more than we know ourselves.
He created every fiber of our being.
So we can faithfully and restfully leave it to God.
We don't have to stress and strain to make it happen and then failed. 




Memory of June 2th, 2011

November 10, 2012

Cari Jiwa VS Cari Keadilan



Hari ini hari Pahlawan. Berbeda sekali rasanya, merayakan hari Pahlawan ketika masih di Surabaya. Gaung memori perjuangan yang menghiasi kota pahlawan akan terasa, bahkan sebulan sebelum perayaan. Delapan tahun menjadi bagian dari warga Kota Surabaya, dan terbiasa merayakan Hari Nasional dengan semangat perjuangan memang sangat berbeda dengan perayaan di kota Kupang, kota kelahiran saya. Benar-benar berbeda. Bukan membandingkan rasa Nasionalisme di kota Kupang dan Surabaya, tapi cara kita memperingati sejarah merupakan bentuk penghormatan yang menyatu dengan rasa cinta kepada tanah air.

Terakhir kali saya mengikuti upacara bendera adalah tahun 2004, ketika menjadi mahasiswa baru di Universitas Kristen Petra. Setelah enam tahun, di tahun 2010, di Kamp Nasional Mahasiswa yang diadakan oleh Perkantas Nasional di Bandung, untuk pertama kalinya dalam hidup saya, tangis air mata membasahi pipi saya saat mendengarkan lagu: "Pada-Mu Negeri". Dengan latar belakang, video kondisi dan realita menyedihkan tentang Negeri Indonesia. Tanggal 17 Agustus 2010, merupakan hari pertobatan sebagai seorang warga Surga yang menyadari kewajibannya sebagai seorang warga Negara. Warga Negara yang sibuk memikirkan konsep pribadi, dan lupa membuka mata kepada Indonesia. Saya menangis karena saya malu pada Tuhan, saya begitu bergelora untuk salib, tapi ternyata hati saya hanya tergelitik melihat banyak dosa di negeri ini. Ketidakadilan, kebodohan, karakter jorok, kemiskinan, korupsi, pelecehan anak di bawah umur, kekerasan dalam Rumah Tangga, peperangan dan tumpah darah, seharusnya membuat saya berkabung untuk bangsa ini.

Catatan refleksi ini cukup menganggu saya. Saat saya bercokol di dalam ruang pergumulan untuk menjembatani Godly Knowledge dan Wordly Reality yang secara bergantian mengisi imajinasi saya tentang profil 'The Kingdom of God will be held on Earth'. Di keluarga.. Di tempat kerja.. Di Indonesia. Di dunia..

Di samping manusia yang telah ditebus mengarungi proses pemurnian sejati sejak deklarasi pertobatan-nya, secara bersamaan ia perlu mengambil perannya menebus bidang lain.. 

Tapi pada kenyataannya, saya, bukan orang lain, orang percaya yang memegang prinsip dualisme.. Masih sering melempar tanggung jawab itu kepada pemerintah ataupun gereja. Saya lebih suka menunjuk dan mengkambing hitamkan orang lain, tanpa melakukan introspeksi diri. Apa yang sudah kamu lakukan, maya? Apa yang sudah kamu korbankan? 

Saya merasa tidak mempunyai sesuatu hal yang bisa dibanggakan..
Merasa  mampu tetapi tidak berdaya..
Paling tidak, sekarang saya menangis dan itu kejujuran saya..


Memperingati diri ini, tentang budaya konsumerisme dan egoisme jangan menjangkit dan membelah menjadi sel kanker yang membunuh hati untuk jiwa-jiwa.
Cari jiwa sama dengan cari keadilan..
Cari jiwa sama dengan cari kebenaran..
Cari jiwa sama dengan membawa Yesus untuk diberikan kepada Indonesia..
Seperti Yesus yang harus dihancurkan, saya seharusnya dihancurkan juga untuk Indonesia..

Arrghhh... Saya berlebihan.. Tidak, saya mengatakan yang sebenarnya..
Saya malu, saya sedih karena datanglah Kerajaan-Mu di Indonesia terasa sangat sulit dan berat..

Saya berharap kemerdekaan di dalam Tuhan, tidak membuat saya lupa untuk mengerjakan kemerdekaan yang sejati untuk Indonesia..

September 12, 2012

Memandang Langit

If people sat outside and looked at the stars each night,
 i bet they would live a lot differently..

Menghabiskan malam di pantai Kuta bersama seorang teman yang ku tahu pasti dikirim oleh Tuhan untuk menemani-ku dalam saat-saat kelam seperti ini. Namanya Marcia Emano. Dia teman gereja di Global Church. Kami sama-sama perantau yang terdampar di pulau Bali, dan melabuhkan hati untuk bertumbuh di Global Church. 

Berbagi cerita kehancuran hati. 
Terpukau saat mengetahui kami mendapatkan suara pernyataan Ilahi yang sama.
Tersenyum melihat proses berat ini.
Saling memegang tangan dan mendoakan satu dan yang lain.
Airmata kami jatuh tak tertahankan.
Isak tangis kami tenggelam di tengah bunyi riuh sang Ombak.
Satu demi satu memori tentang 'mereka' terbayang dengan jelas.
Segala harapan indah karena 'merasa' memulai dengan orang yang tepat terasa menohok menghancurkan rasa.

Memandang ke langit nan jernih dan tenang seakan menyuarakan satu hal yang sama kepada Dia yang bertakhta di atas bintang-bintang. "Tuhan, terimakasih untuk proses berat ini. Karena dengan demikian, kami tahu bahwa kami bukan anak gampangan. Anak yang Kau kasihi, akan selalu ditempa." 

Di pantai ini, aku menangisi kenangan dan kepergiannya..
Dan hari ini, masih di sini, Kuta - Bali, aku memutuskan untuk membiarkannya berlalu.
Bukan dengan memalingkan wajah.. Namun, dengan tangan yang melambai-lambai..
Selamat tinggal.. Aku akan menutup lembaran ini dengan TUNTAS.. Tak ada yang akan disesali. Karena ini akan menjadi pelajaran berharga untuk cerita hidup-ku.
Aku akan melanjutkan perjalanan ini bersama TUHAN-ku..

Let him go.. (rony)
Let it go.. (relasi)
Accept it.. (pelajaran, kesalahan, kenangan)

 

September 07, 2012

Tuhan itu Dekat

TUHAN terlalu mengasihi kita.. 
IA tak akan pernah meninggalkan kita dalam keadaan berantakan. 
IA mempunyai rencana untuk kita yang jauh melebihi dari apapun yang dapat kita bayangkan.

Malam tanggal 6 September 2012, adalah malam yang menyedihkan. Hati saya bercampur aduk menjadi satu. Rasanya sesak di dada. Airmata tak dapat ditahan. Rasanya ingin memeluk seseorang, dan menangis di bahu sahabat namun tak bisa karena ternyata saya sendirian di ruangan kos yang baru itu. Dengan barang-barang pindahan kos yang masih berantakan, saya hanya dapat duduk menengadah. Seakan tabir langit terbuka dan hanya bisa memanggil Nama Tuhan tanpa bisa berkata apapun.

Malam ini, saya sedang berkelahi dengan pacar saya karena kepindahan kos ini merupakan kesepakatan bersama agar kami dapat mengevaluasi hubungan ini. Saya kecewa karena walalupun kami sedang perang dingin, saya mengharapkan malam itu dia ikut mengantarkan saya ke kos yang baru bersama mobil pick-up yang disewa. Sepanjang jalan saya pikir, ia mengikuti dari belakang mobil namun ternyata tidak. Akhirnya, saya pun mengangkat barang bersama driver mobil Pick-Up dengan hati yang sedih. Apakah ia sudah merasa terlalu capek dengan saya? Dengan relasi ini? Apa keputusan ini baik untuk dirinya dan saya?

Sambil mengatur barang-barang yang berantakan, tiba-tiba handphone saya berdering. Adik mama mengabarkan kepada saya bahwa mama mengalami kecelakaan dan tidak sadarkan diri karena luka yang dialami cukup berat dan menghabiskan banyak darah. Mulut dan dagu harus dijahit. Lutut pecah dan darah keluar dari telinga. Begitulah berita yang saya dengar.

Sekujur tubuh saya pun dengan cepat menjadi dingin dan lemas. Saya tersungkur di lantai kamar, di atas tumpukan buku-buku yang masih berhamburan. Mengapa hati ini terasa berat?

Malam terasa sangat panjang dengan dihibur oleh suara isakan tangisan saya sendiri.Aku memang lemah, tapi Engkau Kuat ya Tuhan. Jadi tolonglah..

Tuhan..
Engkau tahu dan mengerti apa yang kurasakan. Kesedihan mendalam dan kekecewaan menyakitkan. Aku benar-benar hancur saat ini. Tapi tolong jangan tinggalkan aku dalam kehancuran dan kesedihan ini. Dalam kondisi yang berantakan ini.

Tak selalu tahu maksud-Mu tapi ku tahu pasti hati-Mu..
Bahwa KASIH-MU selalu cukup bagi-ku untuk maju terus di dalam-MU..


October 07, 2010

Seek and Live



Hari ini, sambil menikmati perjalanan MONOTON yang berlangsung setiap hari menuju ke kantor, ada suatu tampilan sederhana yang lewat dengan perlahan-lahan di jalur sebelah kanan jalan. Tampilan itu adalah dua kata yang menjadi judul refleksi saya hari ini “Seek and Live”.  Tulisan ini adalah tulisan bordiran pada sebuah jaket seorang pengemudi sepeda motor yang lewat di sebelah kanan tadi.

Ketika membacanya, secara spontan saya langsung tersenyum. Karena saya merasakan bahwa kejadian itu merupakaan Sapaan Ilahi dari Tuhan untuk saya pada pagi ini.
Memulai hari ini dengan tubuh yang kurang fit, durasi tidur malam yang sangat kurang, dan berbagai pertimbangan-pertimbangan tentang beberapa aktifitas pelayanan ternyata telah mengurangi waktu ku untuk mencari hadirat Tuhan.

Amos 5:4
Sebab beginilah firman TUHAN kepada kaum Israel: "Carilah Aku, maka kamu akan hidup!

Ayat yang sangat sederhana dan merupakan kunci dari KEHIDUPAN yang HIDUP.
Saya mendapati diri saya saat ini sedang terjebak dalam suatu rutinitas yang kurang pemaknaan.

Karena saat-saat untuk mencari-Nya, diam di hadapan hadirat-Nya, mendengarkan suaraNya, telah direbut oleh padatnya AKTIVITAS.

Huhuhuhu.. Rasa-rasanya ingin berlari dari semua ini..
Ingin berdiam diri dan menangis di hadapanNya..

I’m dying, O my Dear LORD
I wanna SEEK You, Lord..
I beg You, help me to ENJOY this LIFE in You..
Help me to FIND You in all my days..

Satu hal yang mengingatkan aku pagi ini adalah tidak ada hidup di luar Tuhan. Kehidupan yang benar-benar hidup hanya ada di dalam Tuhan. Betapa mengerikannya hidup tanpa Tuhan.

Manusia hanya akan seperti ZOMBIE tanpa hati yang mencari dan menuruti kehendak Tuhan. Sedang bergerak dan melakukan segala aktivitas namun sebenarnya ia sudah lama MATI.

Aku hampir mati karena lupa untuk terus mencariNya, bagaimana dengan kamu?
Apakah kamu juga sedang sekarat dengan segala kekosongan dan kebosanan hidup.
Apakah kamu juga sedang sekarat dengan permasalahan hidup yang tiada akhir dan justru semakin parah dari waktu ke waktu?
Apakah kamu juga sedang sekarat dengan segala dosa dan pelanggaran yang mencuri kedamaian?

Tuhan memanggil :

Carilah AKU, carilah wajah-KU,  
berserulah kepada-KU maka kamu akan HIDUP.
Kamu akan menikmati kehidupan itu di dalam AKU.